Skip to main content

Sebatas Mengagumi

Sudah lama sekali aku tidak sempat bercengkrama lagi dengan sahabatku. Sampai suatu saat ia datang kembali untuk sekedar berbagi apa yang dia rasa terntang salah satu harinya. Ini tentang sebuah kekaguman yang memang harus berhenti hanya pada rasa kagum saja. Mengapa begitu? Kini sahabatku bercerita.

Disaat ia berkegiatan, seperti biasa dengan semangat ia selalu melewati hari-harinya. Entah hari seperti biasa atau sedang ada kegiatan bersama. Pada saat itu, secara tidak sengaja ia berjumpa dengan seseorang disana. Seseorang yang ia belum kenal. Amat judes, sedikit tomboy, tapi dibalik itu memiliki senyum yang indah. Sahabatku ini amat sangat ingin tau siapa dia.

Sosok yang simple dan apa adanya menjadi daya tarik tersendiri. Mungkin tidak semua pria tertarik dengan hal itu, tetapi sahabatku lebih menyukai hal-hal seperti itu. Ia bercerita pada ku. Awalnya aku tak mengenalnya, tetapi cara ia berkomunikasi, tersenyum, dan menatap sesuatu, membuatku mengaguminya. Wanita yang indah.

Beberapa kali ia sempat saling bertukar senyum dan bercengkrama disela-sela berkegiatan dan lucunya mereka belum juga berkenalan. Mungkin benar pria lebih cepat mengagumi dan menyukai seorang wanita pada pandangan pertama, katanya. Rasanya nyaman bisa ada didekatnya dan berbagi senyuman. Tapi, sahabatku langsung berhenti bercerita dan akhinya tersenyum, sendiri.

Kami sudah tidak sendiri lagi. Itu mengapa lebih baik sebatas mengagumi, tidak ada yang lebih dari teman yang saling mengagumi. Aku paham hal itu, karena aku tau juga sahabatku sudah tidak sendiri lagi. Ada hati yang ia harus selalu jaga, tapi aku salut dengan sahabatku ini, ia jujur pada dirinya sendiri bahwa ia mengagumi seseorang disana, tapi juga tegas bahwa "Ok, cukup hanya mengagumi saja. Toh juga kami sudah tidak sendiri lagi". Senang berjumpa dengannya.

Mengagumi seseorang itu wajar-wajar saja. Siapa pun itu termasuk orang yang baru anda kenal. Tapi, ingatlah tetap bersyukur akan apa yang telah kita miliki saat ini, itu saja. So, sebatas mengagumi saja "it,s Ok".

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Harus Tau

Pernah ndak kalian ada di posisi "kok tidak ada yang tau ya perjuangan ku". Atau "sedang capek banget tapi tidak ada yang tau". Jika kalian pernah merasakanannya, artinya kita sama. Seringkali ketika kita berjuang untuk seseorang, kita ingin perjuangan diketahui agar diapresiasi. Biasanya itu akan membuat kalian sakit hati, karena harapan itu jarang terjadi. Jika dari awal kita berpikir capek, lelah, dan beratnya proses tidak mesti diketahui orang, mungkin kita akan tidak sakit karena beban ekspektasi.

Mengijinkan Berlalu

Sore itu, matahari masih belum begitu ramah untuk sekedar diajak bercanda. Suasana pantai dengan anugerah matahari terbenam memang selalu menyajikan suasana perpisahan yang begitu indah. Sejenak kita bisa menikmati senja yang berlalu begitu saja. Tidak menyapa, tidak berpamitan, dan pergi begitu saja. Indah tapi berlalu. Sambil duduk sendiri sambil menikmati semuanya, aku teringat salah satu cerita seorang sahabat. Sebuah cerita tentang cinta yang tak harus berakhir bahagia. Aku masih teringat, ketika seorang sahabat mengatakan bahwa kisah cintanya berakhir. Kisah cinta yang ia pejuangkan sekuat tenaga dan akhirnya kandas juga. Bulan-bulan pertama setelah ia putus, ia masih menganggap bahwa hidup tidak adil padanya. Ia masih tidak percaya, apa yang sudah diperjuangkan sudah tidak ada artinya lagi. Sambil menatap senja saat itu, aku sedikit paham beberapa hal tentang perpisahan. Perpisahan itu pasti, bagaimana pun kita menghalanginya perpisahan akan tetap ada. Tetapi mengapa selalu ...

Takut Akan Masa Depan

Siapa yang pernah atau sedang mengalami hal ini? Takut akan sesuatu yang terjadi dimasa depan. Sebelumnya aku mau info, tulisan ini bukanlah sebuah solusi bagaimana cara kita agar tidak takut menghadapi masa depan. Tulisan ini hanya apa yang kupikirkan saja, jadi lebih ke curhat dan bukan solusi ya, hehehe... Jadi sering aku dihantui dengan ketakutan masa depan. Sesuatu yang tidak pasti. Bagaimana kalau terjadi A? Bagaimana kalau B? Jadi hal itu benar-benar mengganggu. Terbesit apakah aku akan bisa menghadapi jika sesuatu itu akan datang atau tidak, atau apakah nanti masih baik-baik saja atau tidak. Terjebak dalam moment itu seperti pengulangan yang tak terhingga alias looping-looping terus. Serasa tidak ada habisnya. Bagaimana cara menghadapinya adalah pertanyaan yg sering aku lontarkan ke diriku sendiri. Setelah itu aku mencoba memberanikan diri untuk masuk dan mengamati kenapa aku bisa takut akan masa depan. Ternyata mengamati dan mencoba memahami diri sendiri itu penting. Bukan unt...