Skip to main content

Terjebak Keraguan

Kali ini tidak seperti biasanya, ketika sahabat ku datang dan bercerita tentang apa yang dia alami. Sepertinya saat ini aku yang membutuhkan bantuannya, walau hanya sekedar menjadi pendengar yang baik. Aku tidak punya sahabat seperti dia lagi, dia pendengar yang hebat dan tong sampah tanpa dasar yang bisa menampung segala unek-unek berapa pun banyaknya.

Dia datang tepat waktu, sahabatku memang ontime semenjak punya target keterlambatan 0 menit dalam hidupnya, ya walaupun sering bolong. Dia pun bertanya kepada ku, apa masalah ku. Aku menjawab dengan keraguan. Apa aku buang-buang waktu dalam hubungan ku? Apa aku memperjuangkan orang yang salah? Aku sedang ragu, entah mengapa selama ini aku bisa menepis keraguan itu dan berusaha menguatkan diri. Tetapi saat ini aku tidak bisa, aku seperti kehabisan segalanya untuk tetap yakin dengan hubungan ini.

Kenapa? Tanya sahabat ku sambil menikmati teh tawar kesukaannya. Sekedar info, sahabatku biasanya membawa teh tawar di ranselnya, dia sedang dalam proses diet.

Aku mengatakan, pasangan ku ragu untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius bersama ku. Bagiku ini seperti tamparan kesekian kalinya. Selama ini aku berusaha untuk meyakinkannya dan beberapa kali aku berhasil dan ketika dia ragu kembali aku selalu menguatkannya. Tapi kali ini berbeda, kenapa rasa lelah dan kecewa lebih berat dari sebelumnya. Mungkin aku merasa sudah kehabisan waktu.

Dan yang membuat tidak yakin adalah dia tidak pernah dengan tegas menjawab apakah aku termasuk dalam rencana masa depannya. Padahal tidak sedikit pun aku berpikir akan bersama orang lain ke jenjang yang lebih serius. Aku masuk pada fase, apakah aku bisa tetap kuat dan yakin bersama orang yang aku tidak tahu apakah dia menginginkan ku atau tidak.

Mungkin aku harus istirahat untuk berjuang, aku lelah meyakini semua ini. Sekarang semua tampak seperti ilusi. Perjuangan lalu sepertinya tidak ada  artinya untuk saat ini apalagi untuk masa depan. Aku takut salah menghabiskan waktu selama ini, aku takut salah memperjuangan seseorang yang sebenarnya tidak harus aku perjuangkan. Aku takut masa lalu ku datang lagi, walau aku sadar suasana hati kecewa saat ini tidak jauh berbeda dengan masa lalu ku.

Kamu tau, memperjuangkan orang yang tidak ingin diperjuangkan. Meyakini orang yang belum tentu meyakini dirimu itu rasanya sakit.

Sahabat ku pun tersenyum dan langsung bergegas untuk pulang. Aku pun bingung kenapa dia langsung bergegas pulang. Sambil mengatakan, ok cukup, aku pulang dulu. Aku bingung kenapa dia melakukan hal tersebut. Dalam hatiku sahabat macam apa ini main kabur-kabur saja.

Tapi sebelum dia pergi, dia mengatakan sesuatu kepada ku. Hidup itu adalah ketidak pastian. Kalau semuanya pasti bukan hidup namanya. Kamu harus berdamai dengan ketidak pastian, setelah itu kamu akan sadar bahwa apa yang kamu hadapi saat ini hanyalah pecahan-pecahan kecil ketidak pastian dalam hidup. So make happy your day. Tidak masalah saat ini kamu sedang sendiri, penuh kesedihan atau kecewa, selalu buat hari mu menyenangkan setiap harinya.

Sekarang saatnya berikan kasih sayang untuk dirimu sendiri. Dirimu butuh perhatian darimu. Percaya jika kamu bisa melakukannya, akan ada keajaiban yang datang. Cuma itu yang bisa kita lakukan dalam hidup.

Aku terdiam.

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Harus Tau

Pernah ndak kalian ada di posisi "kok tidak ada yang tau ya perjuangan ku". Atau "sedang capek banget tapi tidak ada yang tau". Jika kalian pernah merasakanannya, artinya kita sama. Seringkali ketika kita berjuang untuk seseorang, kita ingin perjuangan diketahui agar diapresiasi. Biasanya itu akan membuat kalian sakit hati, karena harapan itu jarang terjadi. Jika dari awal kita berpikir capek, lelah, dan beratnya proses tidak mesti diketahui orang, mungkin kita akan tidak sakit karena beban ekspektasi.

Mengijinkan Berlalu

Sore itu, matahari masih belum begitu ramah untuk sekedar diajak bercanda. Suasana pantai dengan anugerah matahari terbenam memang selalu menyajikan suasana perpisahan yang begitu indah. Sejenak kita bisa menikmati senja yang berlalu begitu saja. Tidak menyapa, tidak berpamitan, dan pergi begitu saja. Indah tapi berlalu. Sambil duduk sendiri sambil menikmati semuanya, aku teringat salah satu cerita seorang sahabat. Sebuah cerita tentang cinta yang tak harus berakhir bahagia. Aku masih teringat, ketika seorang sahabat mengatakan bahwa kisah cintanya berakhir. Kisah cinta yang ia pejuangkan sekuat tenaga dan akhirnya kandas juga. Bulan-bulan pertama setelah ia putus, ia masih menganggap bahwa hidup tidak adil padanya. Ia masih tidak percaya, apa yang sudah diperjuangkan sudah tidak ada artinya lagi. Sambil menatap senja saat itu, aku sedikit paham beberapa hal tentang perpisahan. Perpisahan itu pasti, bagaimana pun kita menghalanginya perpisahan akan tetap ada. Tetapi mengapa selalu ...

Takut Akan Masa Depan

Siapa yang pernah atau sedang mengalami hal ini? Takut akan sesuatu yang terjadi dimasa depan. Sebelumnya aku mau info, tulisan ini bukanlah sebuah solusi bagaimana cara kita agar tidak takut menghadapi masa depan. Tulisan ini hanya apa yang kupikirkan saja, jadi lebih ke curhat dan bukan solusi ya, hehehe... Jadi sering aku dihantui dengan ketakutan masa depan. Sesuatu yang tidak pasti. Bagaimana kalau terjadi A? Bagaimana kalau B? Jadi hal itu benar-benar mengganggu. Terbesit apakah aku akan bisa menghadapi jika sesuatu itu akan datang atau tidak, atau apakah nanti masih baik-baik saja atau tidak. Terjebak dalam moment itu seperti pengulangan yang tak terhingga alias looping-looping terus. Serasa tidak ada habisnya. Bagaimana cara menghadapinya adalah pertanyaan yg sering aku lontarkan ke diriku sendiri. Setelah itu aku mencoba memberanikan diri untuk masuk dan mengamati kenapa aku bisa takut akan masa depan. Ternyata mengamati dan mencoba memahami diri sendiri itu penting. Bukan unt...