Skip to main content

Lelah dan Tertidur

Kesendirian memiliki dua sisi yang berlawanan, ia bisa melemahkan dan ia bisa menguatkan kita. Hal, kecil dari pengalaman pribadi di suatu sore bersama adik. Kami diberikan tugas oleh ibu untuk memasang galon air pada dispenser. Dan rasa malas pun melemahkan kami sehingga kami saling lempar tanggung jawab, hanya untuk sekedar memasang galon air pada dispenser. Jika pada saat itu saya sendiri, saya sudah lakukan itu langsung.

Contoh itu memang tidak bisa dijadikan acuan pada kakak beradik yang saling pengertian. Kaminya saja adalah kakak beradik yang malas.

Akhir-akhir ini, entah semua hal yang ada di sekelilingku memburuk. Ketika harus menjalani hari-hari kesendirian dan pekerjaan banyak bermasalah, kehidupan sepertinya berantakan. Ya walau aku masih bersyukur dikaruniai semua ini. Keluh kesah ku ini hanya ingin melampiaskan sedikit kekosongan yang ada dalam hidup ku.

Aku tidak sesemangat dulu ketika bekerja, rasa malas datang dan gairah hilang. Walau harusnya aku malu dengan ibu ku yang selalu semangat tak kenal lelah bangun pagi menyiapkan segalanya untuk kami. Harusnya aku malu, pada orang-orang yang rela hari-harinya bekerja apa saja walaupun ia tidak sukai tetapi ia dapat hidup sana.

Jujur, aku berusaha untuk bersyukur dengan semua ini, tapi aku tidak bisa untuk menutupi rasa jenuh ku. Setiap hari, aku berusaha memaksimalkan semuanya, apa pun yang dapat aku kerjakan, agar ia segera datang. Ia itu adalah lelah.

Dengan lelah aku bisa tertidur dan mengistirahatkan tubuh ini walau tidur ku tidak begitu nyenyak. Tapi aku benar merasa nyaman ketika tidur. Itu salah satu cara menyenangkan tubuh ini saat ini. Patah hati memang menyakitkan, tapi tak apa, dibalik semua ini ada rasa lelah yang bisa membawa kita ke pelukan tidur yang menenangkan.

Comments

Popular posts from this blog

Tidak Harus Tau

Pernah ndak kalian ada di posisi "kok tidak ada yang tau ya perjuangan ku". Atau "sedang capek banget tapi tidak ada yang tau". Jika kalian pernah merasakanannya, artinya kita sama. Seringkali ketika kita berjuang untuk seseorang, kita ingin perjuangan diketahui agar diapresiasi. Biasanya itu akan membuat kalian sakit hati, karena harapan itu jarang terjadi. Jika dari awal kita berpikir capek, lelah, dan beratnya proses tidak mesti diketahui orang, mungkin kita akan tidak sakit karena beban ekspektasi.

Mengijinkan Berlalu

Sore itu, matahari masih belum begitu ramah untuk sekedar diajak bercanda. Suasana pantai dengan anugerah matahari terbenam memang selalu menyajikan suasana perpisahan yang begitu indah. Sejenak kita bisa menikmati senja yang berlalu begitu saja. Tidak menyapa, tidak berpamitan, dan pergi begitu saja. Indah tapi berlalu. Sambil duduk sendiri sambil menikmati semuanya, aku teringat salah satu cerita seorang sahabat. Sebuah cerita tentang cinta yang tak harus berakhir bahagia. Aku masih teringat, ketika seorang sahabat mengatakan bahwa kisah cintanya berakhir. Kisah cinta yang ia pejuangkan sekuat tenaga dan akhirnya kandas juga. Bulan-bulan pertama setelah ia putus, ia masih menganggap bahwa hidup tidak adil padanya. Ia masih tidak percaya, apa yang sudah diperjuangkan sudah tidak ada artinya lagi. Sambil menatap senja saat itu, aku sedikit paham beberapa hal tentang perpisahan. Perpisahan itu pasti, bagaimana pun kita menghalanginya perpisahan akan tetap ada. Tetapi mengapa selalu ...

Takut Akan Masa Depan

Siapa yang pernah atau sedang mengalami hal ini? Takut akan sesuatu yang terjadi dimasa depan. Sebelumnya aku mau info, tulisan ini bukanlah sebuah solusi bagaimana cara kita agar tidak takut menghadapi masa depan. Tulisan ini hanya apa yang kupikirkan saja, jadi lebih ke curhat dan bukan solusi ya, hehehe... Jadi sering aku dihantui dengan ketakutan masa depan. Sesuatu yang tidak pasti. Bagaimana kalau terjadi A? Bagaimana kalau B? Jadi hal itu benar-benar mengganggu. Terbesit apakah aku akan bisa menghadapi jika sesuatu itu akan datang atau tidak, atau apakah nanti masih baik-baik saja atau tidak. Terjebak dalam moment itu seperti pengulangan yang tak terhingga alias looping-looping terus. Serasa tidak ada habisnya. Bagaimana cara menghadapinya adalah pertanyaan yg sering aku lontarkan ke diriku sendiri. Setelah itu aku mencoba memberanikan diri untuk masuk dan mengamati kenapa aku bisa takut akan masa depan. Ternyata mengamati dan mencoba memahami diri sendiri itu penting. Bukan unt...